Pages

Jumat, 23 September 2011

Sabda Bahagia dan Sabda Celaka

Bacaan Kitab Suci: Hari Minggu Biasa VI / tahun C

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (6:17.20-26)

"Berbahagialah orang miskin, celakalah orang kaya."

Pada waktu itu Yesus bersama kedua belas rasul-Nya turun dari gunung dan berdiri di suatu tempat yang datar. Di situ telah berkumpul banyak murid dan sejumlah besar orang yang datang dari seluruh Yudea, dari Yerusalem, dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon. Yesus menengadah, memandang murid-murid-Nya lalu berkata, "Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya kerajaan Allah. Berbahagialah hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa. Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat. Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di surga karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi. Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu. Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis. Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu."



____________________________________

Orang miskin berbahagia? Orang kaya celaka? Benar-benar dunia sudah terbolak-balik. Logisnya itu ya yang kaya akan berbahagia, karena kecukupan sandang, pangan dan papan, sedangkan orang miskin, makan saja harus mengemis, pakaian hanya yang menempel di badan dan rumah numpang emperan orang, bagaimana bisa berbahagia?

Kata Yunani makarios memang dapat kita terjemahkan dengan "berbahagia". Tetapi sering kebahagiaan itu hanya dikaitkan dengan perasaan tenang dan tenteram semata. Maka, makarios kiranya dapat diartikan lebih luas dengan "terberkati". Orang yang terberkati pasti berbahagia sekalipun mengalami banyak masalah, bahkan menanggung beban penderitaan. Hal itu bisa terjadi karena orang mencahayai penderitaan dengan harapan di masa mendatang dan jaminan yang telah dijanjikan Yesus. Memang berkat yang dijanjikan itu baru akan terjadi di masa depan, tetapi janji itu dipandang sudah begitu pasti, sehingga si penerima dinyatakan bahagia sekarang juga. Kata Yunani makarioi bukan berarti "semoga kamu bahagia", tetapi "kamu sekarang adalah bahagia atau terberkati"

Penginjil Lukas menurunkan Yesus dari atas bukit dan menempatkan-Nya di tempat yang datar (Luk 6:17). Dengan demikian lingkungan pendengar dari pengajaran Yesus tentang sabda bahagia dan peringatan-peringatan-Nya jauh lebih luas. Tempat yang datar merujuk pada Luk 3:4-6 yang mengutip Yes 40:3-5 tentang: "Setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan, dan semua orang akan melihat keselamatan yang datang dari Tuhan." Jadi, di tempat datar itu bukan hanya bangsa Israel akan melhat keselamatan Tuhan, tetapi juga orang-orang bukan Israel. Karena tu di tempat datar itulah orang-orang mendapati Yesus, yakni "sejumlah besar dari murid-murid-Nya dan banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon" (Luk 6:17). Tirus dan Sidon tidak termasuk wilayah Israel, tetapi kota-kota pelabuhan di daerah pesisir Laut Tengah, di Fenisia kuno. Di masa Yesus, kota-kota itu termasuk wilayah Siria, yang kini dikenal dengan Libanon.

Melihat Konteks (Luk 6:20-26)

Penginjil Lukas melengkapi sabda bahagia dengan sabda celaka. Dalam ketiga sabda yang pertama, ucapan berbahagialah diikuti dengan lukisan keadaan para murid (miskin, lapar, menangis) dan diakhiri dengan alasan mengapa mereka disebut berbahagia. Kebahagiaan itu karena keadaan mereka di masa mendatang yang sudah dimulai sekarang (akan dipuaskan, akan tertawa). Sabda bahagia keempat melukiskan beban berita yang dialami para murid karena Anak Manusia, yang disusul dengan alasannya, yakni upah besar di surga. Upah itu sama seperti yang diperoleh para nabi dan akan diterima pada masa mendatang, sedangkan keempat sabda celaka berupa kebalikan dari keempat sabda bahagia itu.

Sabda bahagia dan sabda celaka mengajarkan bagaimana seharusnya para murid hidup di tengah-tengah dunia yang penuh perselisihan dan perlawanan. Sebab dalam konteks sebelumnya Yesus telah memanggil dan memilih murid-murid-Nya (Lukas 5:1-11; 6:2-16) yang disela dengan lima perlawanan dari para pemimpin masyarakat Yahudi (5:12-6:11)

Sumber: Seri Firman Hidup - Kata-Kata Susah Bertuah - Rm. Surip Stanislaus, OFMCap


Quote caecilia/ WG

Kalau kita melihat sabda bahagia, ini merupakan hubungan antara Allah dengan manusia, hubungan manusia dengan manusia.

Manusia dihadapan Allah bisa diartikan tidak ada apa-apa. Meskipun hidup kita sengsara, tidak ada orang yang membantu, namun bila kita mengandalkan Allah kita akan bahagia.

Berbahagialah kita yang miskin karena kitalah yang empunya Kerajaan Allah. Orang miskin adalah orang yang sungguh bergantung pada Allah, orang yang mengandalkan Allah pada hidupnya, orang tersebut akan berbahagia, meskipun dalam kondisi penuh keterbatasan. Meskipun hidup kita sengsara, tidak ada orang yang membantu, namun bila kita mengandalkan Allah kita akan bahagia.

"Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah”. Sabda ini kiranya bukan mengajak kita untuk miskin dalam hal harta benda, melainkan berjiwa miskin artinya menyadari kelemahan dan kerapuhannya sebagai ciptaan dan tanpa Allah tidak dapat berbuat sesuatupun. Secara konkret kita dipanggil untuk menghayati bahwa segala sesuatu yang kita miliki dan kuasai serta nikmati sampai kini adalah anugerah Allah yang dicurahkan kepada kita secara melimpah ruah karena kemurahan hati-Nya. Maka dari pihak kita dituntut untuk rendah hati, lawan dari serakah dan sombong. Rendah hati merupakan keutamaan dasar kristiani yang harus kita geluti dan hayati.

“Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat.”.
Berjalan atau melangkah di jalan benar maupun memperjuangkan kebenaran memang ada kemungkinan dikucilkan orang lain dan hidup bagaikan berada ‘di ujung tanduk’. Maka jika anda mengalami yang demikian itu, mungkin karena bekerja di kantor atau perusahaan dimana anda satu-satunya menjadi murid Yesus atau orang katolik, hendaknya tetap bertahan. Mungkin anda senantiasa diperhatikan untuk melihat kelemahan atau kekurangan anda, maka berbahagialah bahwa anda diperhatikan banyak orang dan jadikanlah kesempatan itu untuk senantiasa berbuat yang baik dan benar, bebas dari kesalahan. Kesaksian anda merupakan cara merasul atau mewartakan kabar baik yang luar biasa.

Dari seluruh sabda bahagia, tampak semangat utamanya, yaitu biila kita selalu bergantung pada Allah, mengasihi-Nya kita akan berbahagia.