Pages

Senin, 31 Oktober 2011

Doa Syukur atas Bulan Rosario

Allah Bapa Surgawi, kami mengucap syukur kepada-Mu atas bulan-bulan yang telah kami lewati. Khususnya kami mengucap syukur kepada-Mu atas Bulan Rosario yang berakhir pada hari ini. Kami bersyukur karena kami dapat melewati bulan ini dengan berkanjang dalam doa Rosario suci, doa yang diminta oleh Bunda dan nabiah surgawi ketika ia turun dari surga.

Dengan mendaras Rosario suci ini dengan kepasrahan, kepercayaan dan ketekunan, kami merenungkan misteri-misterinya dan memperoleh dari pada-Mu anugerah besar, terlebih rahmat perubahan hati, pertobatan dan keselamatan.

Dengan mendaras Rosario suci kami berdoa bersama Bunda surgawi, Ratu Rosario suci, dan hidup dalam perlindungan Hati Maria Yang Tak Bernoda, yang membuat kami merasa aman dan damai, seperti dilakukan oleh induk ayam terhadap anak-anaknya.

Doa syukur ini kami persembahkan kepada-Mu, dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Minggu, 30 Oktober 2011

Menggapai Kekudusan

MENGGAPAI KEKUDUSAN

Kita menyaksikan bahwa ukuran kesuksesan hidup itu banyak ragamnya. Ada orang yang mengukur kesuksesan hidupnya dengan capaian di luar dan kasat mata. Ada orang yang begitu saja menyamakan sukses dalam bisnis adalah sukses hidup. Misalnya: usaha maju perusahaan di mana-mana, harta semakin menumpuk sepuluh turunan tidak habis dan sebagainya. Dia memang kaya raya tetapi hidupnya bisa saja tidak bahagia. Hidup di dalam keluarga tidak harmonis dan berantem terus. Dapatkah dia disebut orang yang sukses dalam hidupnya?

Lagi, kita menyaksikan ada orang yang begitu saja menyamakan bahwa kesuksesan hidup, bahwa dia berkuasa dan terkenal di mana-mana. Hadir di segala penjuru daerah dielu-elukan. Banyak orang kagum. Tetapi, suatu saat dia meninggal dunia akibat over dosis penggunaan narkoba. Benarkah dia dapat dikatakan hidupnya sukses? Masih banyak lain contoh yang dapat diangkat untuk menelisik aneka ragam orang memaknai hidupnya.

Tujuan Hidup


Dalam kacamata iman, kita sulit mengatakan bahwa hidup mereka sukses. Ukuran dunia bisa jadi sebagai orang sukses dalam bidangnya. Tetapi, bidang tersebut selalu hanya sebagai salah satu aspek hidup; bagian kecil dari hidupnya. Hidup mereka secara integral sebagai manusia bisa dikatakan gagal. Gagal di dalam memaknai hidupnya. Gagal di dalam menetapkan dan mencapai tujuan hidupnya. Bahkan mungkin mereka gagal juga mencapai kebahagiaan hidupnya.

Allah dalam diri Yesus mengajarkan bahwa tujuan hidup manusia adalah Allah sendiri. Manusia dipanggil bersatu dengan Allahnya. Bila hal ini tercapai, maka hidup manusia akan menjadi sukses dan bermakna. Karena di sana orang akan menemukan kesejatian hidupnya. Orang yang hidup dalam kesejatiannya, otomatis menjadi orang-orang yang bahagia. Orang-orang dunia mungkin menilai aneh dan lain, tetapi mereka sungguh-sungguh tahu esensi dan ekstitensi hidupnya.

Siapa mereka itu? Jawabannya sangat jelas. Mereka itu adalah orang-orang kudus. Orang-orang kudus tersebut meninggal di usia berbeda-beda, tetapi mereka mencapai kekudusan itu. Ada bermacam-macam orang-orang kudus: ada yang sebagai raja, pelayan, perawan, orang muda, petani, ibu rumah tangga, imam, Uskup, biarawan-biarawati, dan sebagainya. Mereka memang masing-masing memiliki perbedaan sifat dan karakternya sesuai dengan keunikannya. Anugerah Tuhan sungguh berkembang dalam hidupnya.

Mereka adalah manusia seperti kita. Mereka juga pernah dan tentu masih banyak yang hidup di atas bumi ini, entah itu yang wafat dan dibeatifikasi atau dikanonisasi maupun tidak terkenal dan tidak mengalami proses itu semua. Kita yakin bahwa orang-orang kudus dari masa ke masa selalu ada. Kita diundang dan dikehendaki Allah untuk hidup kudus seperti mereka, tentu dalam konteks hidup kita masing-masing. Mereka menjadi kudus karena mereka berusaha dan terus berusaha untuk hidup kudus seperti Allah adalah kudus dan bahkan Mahakudus. Itu sebuah kesadaran dan pilihan hidup mereka. Mereka mencoba selalu mengoreksi yang salah dan dosanya dengan tidak pernah putus asa, tidak pernah menyerah untuk memercayai kasih dan kerahiman Allah pada diri mereka.

Teladan

Membaca riwayat orang kudus, kita selalu kagum dan geleng-geleng kepala. Mereka dapat menjadi teladan. Mereka dapat menjadi cermin bagi hidup kita. Terutama mereka menjadi teladan di dalam mengikuti jejak Kristus. Bagaimanapun juga kita membutuhkan banyak teladan dan mereka yang telah mencapai kekudusan dari para kudus. Terkadang ada tuduhan bahwa meniru itu negatif dan tidak kreatif. Tetapi, meniru orang kudus adalah suatu kreativitas sendiri. Karena hidup mereka rata-rata keras dan tegas dalam menjalani sabda Tuhan yang mewujud dalam iman, harapan, dan kasih. Mereka sabar, murah hati, tekun, rendah hati dan sebagainya. Mereka adalah bukti otentik dan nyata bahwa Kitab Suci pada ajaran Gereja Katolik yang telah mereka hayati telah mengantar pada kekudusan. Hidup mereka merupakan suatu 'kepastian' di mana kita tak perlu ragu untuk mengikuti Kristus dalam Gereja Katolik demi satu hal: menggapai kekudusan.

Oleh karena itu, pada hari raya Semua Orang Kudus ini kita patut bersyukur kepada Tuhan. Kita diberi cermin, teladan, dan sabda Allah yang sungguh hidup dalam diri orang-orang kudus. Artinya, sabda Allah mengungkapkan kebenarannya. Mereka itu adalah Sabda Allah yang hidup dan berjalan secara nyata. Bukankah ini suatu ajaran dan pengajaran yang paling efektif bagi kita? Semoga kita mampu menggapai kekudusan seperti mereka.

(Andreas Yudhi Wiyadi, O.Carm/RUAH)

Minggu, 23 Oktober 2011

Maria, Bintang Evangelisasi



Inilah keinginan yang dengan suka hati kami serahkan ke tangan dan Hati Bunda Perawan Maria Tak Bernoda. Pada hari ini yang secara khusus dipersembahkan kepadanya dan juga merupakan sepuluh tahun penutupan Konsili Vatikan II. Pada pagi Pentakosta Maria dengan doanya menyaksikan mulainya evangelisasi yang didorong oleh Roh Kudus. Semoga Maria menjadi Bintang Evangelisasi, yang selalu diperbarui, yang harus dimajukan oleh Gereja dan dilaksanakan olehnya, karena taat pada perintah Tuhan, lebih-lebih pada masa sekarang ini yang sulit tapi penuh harapan.

(Paus Paulus VI, Imbauan Apostolik Evangelii Nuntiandi, 8 Desember 1975, No.82)

Minggu, 16 Oktober 2011

Santo Lukas, Penginjil

Santo Lukas, Penginjil

Pengantar

Kita perlu mengenal Santo Lukas karena beberapa alasan. Pertama, dia itu salah satu pengarang Injil (Sinoptik) yang memberitakan Peristiwa Yesus Kristus kepada kita. Kedua, Santo Lukas adalah penulis Kisah Para Rasul yang memberitakan tentang kehidupan Gereja Katolik awal. Dia mengetahui suka duka kehidupan umat Kristiani pada awal pertumbuhannya. Ketiga, Santo Lukas itu pengarang Injil yang menyajikan Yesus Kristus secara berbeda. Kita perlu memahami kekhasan tulisannya sehingga bisa membaca dan memahaminya secara tepat.

Tulisan pendek dan sederhana ini hanya akan menyajikan identitas Santo Lukas, kekhasan Injilnya dan bagaimana membacanya.

Riwayat

Ada beberapa catatan tentang identitas penulis Injil ketiga ini. Santo Lukas bukan orang Yahudi (Kol 4:14). Dia memahami bahasa Yunani dan Aram. Sebagai seorang dokter (Kol 4:14) Lukas mempunyai latar belakang pendidikan berbeda dari dua penulis Injil Sinoptik lain. Santo Paulus menyebutnya teman setia (2Tim 4:7-11). "Ia seorang Kristen, generasi kedua, yang mahir dalam Alkitab Perjanjian Lama dan mempunyai minat besar terhadap tradisi Kristen dari masa yang lampau" (Groenen: Pengantar ke dalam Perjanjian Baru, Kanisius, 1984, hlm. 125). Lukas mengenal kehidupan jemaat Kristen yang sudah mulai tumbuh dan berkembang di antara orang-orang non-Yahudi.

Kekhasan Injil Lukas

Santo Lukas menulis Injil untuk umat Kristen bukan Yahudi, yakni mereka yang berkebudayaan Yunani dan mengalami tekanan dari lingkungan sosial yang kurang simpatik terhadap orang Kristen. Mereka menantikan Yesus yang dirasakan tidak kunjung tiba. Lukas meyakinkan mereka supaya tetap setia kepada Yesus dan takut akan Allah.

Injilnya disusun berdasarkan tradisi tertulis yang sudah tersedia waktu itu dan dimaksudkan untuk meneguhkan iman para pembacanya. Katanya, "....aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu, supaya engkau dapat mengetahuinya bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar" (Luk 1:4)

Tampaknya Lukas menyusun Injil "sejarah" Yesus secara teratur. Dimulai dari kehidupan Yesus (Injil) dan permulaan umat Kristen (Kisah Para Rasul). Dia sering menyebut tokoh-tokoh sejarah. Misalnya: Herodes, raja Yudea (Luk 1:5) dan Kaisar Agustus (Luk 2:1). Yesus ditempatkan dalam kerangka sejarah dan menyangkut sejarah umat manusia. Namun, Lukas tidak bermaksud menulis buku sejarah (bdk. Luk 1:4).

Kita bisa melihat susunan Injilnya yang sangat teratur. Pertama, pendahuluan (Luk 3:1-4:13). Kedua, karya Yesus di Galilea (Luk 4:14-9:50). Ketiga, kisah perjalanan Yesus (Luk 9:51-19:27). Akhirnya, bagian terakhir (Luk 22:1-24:53) yang dirangkai dengan bagian-bagian lain. Tampaknya bab 1 dan 2 ditulis setelah seluruh injilnya selesai ditulis.

Santo Lukas menampilkan Yesus sebagai Tuhan yang mengunjungi umat-Nya (Luk 2:8-14; 17:22). Tuhan yang melawat umat-Nya datang dengan kasih-Nya. Belas kasih Allah terhadap manusia ini begitu menonjol dalam tulisan-tulisan Lukas (Luk 7:37 dst; 15:1; 18:9; 19:1, dst). Allah yang berbelaskasih kepada manusia sungguh menonjol dalam Injil ketiga ini.

Bagaimana membaca Injil Lukas

Sebagai orang Katolik mungkin kita mengalami nasib serupa dengan pengalaman jemaat pembaca Injil Lukas waktu itu. Kehidupan sehari-hari kita yang sulit dan penuh tekanan kadang membuat Yesus terasa jauh. Kita juga mengalami tekanan dan penindasan dari orang-orang yang tidak senang terhadap pengikut Yesus.

Injil Lukas ingin meneguhkan kita. Di samping itu, Injil ini menampilkan Yesus yang menjadi teladan bagi kita. Bukankah Dia setia kepada Allah dalam segala situasi? Dia membalas kejahatan, penganiayaan, dan kejahatan dengan kasih, pengampunan, dan sikap lemah lembut. Sikap inilah yang seharusnya menjiwai kita dalam membaca Injil ketiga ini.

Di samping itu, kita mesti membaca Injil Lukas dengan melibatkan seluruh pengalaman suka-duka hidup kita seraya meneladan Yesus yang penuh belas kasihan dan taat kepada kehendak Allah, Bapa-Nya . Membaca Injil ini dengan penuh iman sambil menantikan Yesus yang akan datang kembali memang menguji sekaligus meneguhkan iman kita.

Penutup

Membaca Injil tidak seperti membaca berita. Diperlukan sikap hati yang siap mendengarkan Sabda Tuhan. Melibatkan pengalaman hidup sehari-hari dalam mendengarkan Injil membantu kita memahami pesan-pesan Tuhan yang relevan dan berhubungan dalam kehidupan kita.

Sidang pembaca Injil Lukas adalah orang-orang Kristen berkebudayaan Yunani yang menghadapi tekanan dan sikap tidak simpatik. Mereka juga sedang menanti-nantikan kedatangan Tuhan dalam keraguan. Injil Lukas meneguhkan iman mereka.

Apakah kita juga sering mengalami hal serupa? Kalau demikian, Injil Lukas bisa meneguhkan iman dan membimbing perjalanan hidup kita. Mengapa tidak membacanya dan menimba kekuatan dari dalamnya?


RUAH

Kamis, 06 Oktober 2011

Santa Perawan Maria, Ratu Rosario

Santa Perawan Maria, Ratu Rosario

Menurut pengalaman saya sebagai Pastor Paroki selama ini, salah satu devosi yang sangat berkembang dan digemari oleh umat yakni doa Rosario. Di lingkungan atau stasi, bila sudah memasuki bulan Mei sebagai Bulan Maria atau bulan Oktober sebagai Bulan Rosario, mereka tekun dalam pertemuan bersama untuk berdoa Rosario. Intensitas pertemuan juga cukup tinggi, ada yang satu minggu sekali, ada yang 2 kali seminggu, ada yang 3 kali seminggu bahkan ada yang tiap hari kecuali Sabtu dan Minggu. Herannya, umat yang hadir dapat dibilang banyak.

Berbeda sekali saat lingkungan mengadakan pertemuan sharing iman, Pendalaman Iman atau Pendalaman Kitab Suci yang hadir tidak terlalu banyak. Antusiasme umat berkurang. Ada apa ini? Aneh, tetapi itulah yang terjadi di lapangan. Mungkin doa Rosario begitu mudah, sederhana dan sudah dihafal sehingga tidak ada beban sedikit pun bagi mereka. Apa pun yang terjadi, devosi doa Rosario patut kita apresiasi sebagai gerakan kesalehan rohani umat.

Asal muasal


Semua kebiasaan yang kini berkembang selalu ada latar belakangnya. Begitu pula peringatan wajib Maria Ratu Rosario yang dirayakan peringatannya oleh Gereja setiap tanggal 7 Oktober, punya sejarah sendiri. Kitanya perlu diceritakan di sini.

Pada tanggal 7 Oktober 1571 terjadi suatu pertempuran armada laut yang dahsyat di Laut Tengah, dekat pantai Yunani. Tempat itu disebut Lepanto. Turki memiliki angkatan laut yang paling kuat di bawah Halifasha. Sebelum pertempuan ini, Turki telah menyerang semua pelabuhan Katolik di Eropa. Paus Pius V yang pada waktu itu duduk di Takhta St. Petrus di Roma menyerukan supaya semua orang Katolik di Eropa bersatu dan bertahan terhadap serangan armada Halifasha. Kemudian Paus menunjuk Don Yuan dari Austria menjadi komandan armada gabungan Eropa yang akan menghadapi armada Turki.

Don Yuan terkenal memiliki devosi yang sangat kuat kepada Bunda Maria. Ketika tentara Katolik naik ke kapal untuk diberangkatkan ke medan perang, mereka masing-masing diberi rosario di tangan kanan, sementara tangan kiri mereka memegang senjata. Paus yang menyadari armada ini tidak ada artinya dibandingkan dengan armada Turki yang jumlahnya tiga kali lipat, meminta agar seluruh penduduk Eropa berdoa rosario. Di mana-mana orang berdoa Rosario selama 24 jam terus-menerus.

Tanggal 7 Oktober 1571 pukul 11.30, kedua armada itu mulai bertempur dengan dahsyat hingga baru berakhir pukul 5.30 sore, hari berikutnya. Mukjizat terjadi di sana. Ketika pertempuran sedang berlangsung sengit, tiba-tiba angin berubah arah sehingga menguntungkan pihak armada Katolik. Armada Turki berhasil dikalahkan. Halifasha mati terbunuh. Karena kemenangan Rosario ini, maka tanggal 7 Oktober ditetapkkan sebagai hari peringatan Maria Ratu Rosario (lih.Indocell.net/yesaya)

Maria, Teladan Doa

Teladan apa? Maria adalah teladan dalam hal berdoa. Maria adalah seorang ratu dalam hal doa. Artinya, dia adalah orang yang unggul dalam hidup doa. Imannya yang begitu kuat dan mendalam tidak mungkin dimiliki tanpa hidup doa yang baik. Gereja melihat keunggulan Maria dalam aspek ini. Karena dia sebagai seorang pendoa kontemplatif, niscaya dia juga seorang yang tidak egois, ia sangat tahu dan peduli terhadap kebutuhan orang lain. Tidak hanya itu, Maria akhirnya membawa masalah itu kepada Yesus. Akhirnya orang mendapatkan pertolongan. Kita ingat cerita indah itu pada peristiwa Perkawinan di Kana di mana terjadi mukjizat air diubah menjadi anggur oleh Yesus.

Begitulah Maria memang pantas sebagai Ratu Rosario dan Ratu doa. Umat begitu mudah memahami akan hal ini sehingga mereka sangat senang berdevosi dan berdoa Rosario untuk membangun relasi pribadi dengan Tuhan dan Bunda-Nya. Dengan berdoa Rosario, umat sering mendapat pertolongan Tuhan, seperti keluarga yang mengadakan hajatan pernikahan di Kana.

Selain itu, dengan berdoa Rosario umat dapat memupuk iman dan menyucikan waktu dan hidupnya untuk Tuhan.

RUAH/Yudhi

Selasa, 04 Oktober 2011

Mengenal Romo Van Lith

Fransiscus Georgius Josephus Van Lith atau sering kali disingkat sebagai Frans van Lith (lahir 17 Mei 1963, meninggal 9 Januari 1926 pada umur 62 tahun) adalah seorang imam Yesuit asal Oirschot, Belanda yang meletakkan dasar karya Katolik di Jawa, khususnya Jawa Tengah.. Dia membaptis orang-orang Jawa pertama di Sendangsono, mendirikan sekolah guru di Muntilan, memperjuangkan status pendidikan orang pribumi dalam masa pendudukan kolonial Belanda.

Namanya dikenal karena mampu menyelaraskan ajaran agama Katolik Roma dengan tradisi Jawa sehingga bisa diterima oleh masyarakat Jawa. Saat ini di Jawa Tengah dan Jawa Timur, agama Katolik merupakan sebuah agama yang memiliki pengaruh di antara orang Jawa dan Tionghoa-Indonesia.

Paus Yohanes Paulus II, saat berpidato di Yogyakarta tanggal 10 Oktober 1989, mengatakan bahwa hari itu ia berada di jantung Pulau Jawa untuk secara khudus mengenang mereka yang telah meletakkan dasar bagi umat-Nya, yaitu Romo Van Lith, SJ dan dua muridnya, Mgr Soegijapranata dan IJ Kasimo.

Van Lith tiba untuk pertama kalinya di Semarang tahun 1896 kemudian belajar budaya dan adat Jawa. Selesai pembekalan, ia ditempatkan di Muntilan sejak 1897. Ia menetap di Desa Semampir di pinggir Kali Lamat.

Pada 14 Desember 1904 Van Lith membaptis 171 orang desa dari daerah Kalibawang di Sendangsono, Kulon Progo. Peristiwa ini dipandang sebagai lahirnya Gereja di antara orang Jawa dimana 171 orang menjadi pribumi pertama yang memeluk agama Katolik. Lokasi pembaptisan ini sekarang menjadi tempat ziarah Sendangsono.

Pendidikan untuk pribumi

Di desa Semampir ia mendirikan sebuah sekolah desa dan sebuah bangunan gereja. Saat itulah memulai kompleks persekolahan Katolik di Muntilan, mulai dari Normaalschool di tahun 1900, sekolah guru berbahasa belanda atau Kweekschool tahun 1904 dan kemudian pendidikan guru-guru kepala pada tahun 1906. Sekolah guru untuk penduduk pribumi Jawa ini bisa dimasuki oleh anak Jawa dari mana pun, dari agama apa pun. Awalnya memiliki 107 orang, 32 di antaranya bukan Katolik.

Di tahun 1911 dibuka secara resmi seminari (sekolah calon pastor) pertama di Indonesia karena sebagian di antara lulusannya ingin menjadi pastor. Satu di antaranya Mgr A Soegijapranata SJ (1896-1963), yang kemudian menjadi Uskup Keuskupan Agung Semarang, uskup pertama pribumi.

Gereja kecil dan sekolah desa Semampir kemudian berkembang menjadi satu kompleks gedung-gdung yang di tahun 1911 dinamai Kolese Fransiscus Xaverius. Tahun 1948, kompleks sekolah ini dibakar.

Lewat pendidikan sekolah di Muntilan menghasilkan tokoh politik Katolik seperti Kasimo, Frans Seda, dan sejumlah tokoh lain. Kelak sekolah ini dikenal sebagai SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan Magelang.

Di Klaten Van Lith berusaha mendirikan HIS. Mula-mula pengajuan izin pendirian HIS di Klaten ditolak oleh Asisten Residen dengan alasan di Klaten telah berdiri HIS Protestan. Karena penolakan itu maka Pastur Van Lith mengajukan permohonan langsung kepada residen Surakarta. Permohonannya dikabulkan, sehingga pada tahun 1920 HIS Kanisius Klaten didirikan dan kegiatan pembelajaran dilaksanakan di rumah penduduk.

Van Lith memperjuangkan pendidikan bagi para pribumi. Ia mengusahakan pengiriman mahasiswa-mahasiswa pribumi ke perguruan tinggi di Belanda dan menganjurkan Yesuit agar mendirikan kolese-kolese untuk pendidikan setara AMS.

Politik

Ia menjadi anggota Dewan Pendidikan/Onderwijsraad tahun 1918. Tahun itu pula ia diangkat menjadi anggota sebagai anggota Komisi Peninjauan Kenegaraan Hindia Belanda / Commissie tot Herziening van de Grondslagen der Staatsinrichting van Nederlandch-Indie. Komisi tersebut dibentuk untuk merealisasikan maksud pemerintah Belanda menata ketatanegaraan di Hindia Belanda, yang melibatkan baik orang Belanda maupun orang pribumi. Dalam komisi ini ia menuntut posisi perwakilan orang pribumi dalam Volksraad.

Ia pun diusulkan sebagai anggota Volksraad (Dewan Rakyat) Partai Sarekat Islam, pimpinan teman dekat Van Lith, K.H. Agus Salim. Memang ia tidak pernah jadi anggota Dewan Rakyat. Tetapi, atas kegiatannya di bidang pendidikan ditunjuk menjadi anggota Dewan Pendidikan Hindia Belanda dan anggota Komisi Peninjauan Kembali Ketatanegaraan Hindia Belanda.

Di kedua lembaga itu Pater Van Lith memperjuangkan kepentingan pribumi dan tidak disukai oleh Belanda. Van Lith kemudian kembali ke Belanda pada tahun 1920 untuk memulihkan kesehatan. Maka, ketika mau kembali ke Indonesia setelah berobat, dia dihalan-halangi oleh pemerintah Belanda.

Kembali ke Indonesia

Tahun 1924 ia kembali dan kemudian menetap di Semarang dan mendirikan sekolah HIS dan Standaardschool sambil mengajar para novisiat Yesuit . Van Lith meninggal dunia pada tanggal 17 Mei 1926 di Semarang dan dikebumikan di pemakaman Yesuit di Muntilan.


Sumber: RUAH Okt-Des 2011; hal. 74-76

ROSARIO: SARANA MERENUNGKAN MISTERI

Dalam doa Rosario, renungan tentang misteri-misteri Kristus ditawarkan lewat suatu metode yang dimaksud untuk membantu merenungkan misteri-misteri tersebut, yakni metode yang didasarkan pada pengulangan. Ini berlaku utamanya untuk Salam Maria, yang diulang 10 kali dalam peristiwa. Kalau pengulangan ini dinilai berlebihan akan muncul godaan untuk melihat Rosario sebagai doa yang kering dan membosankan. Tetapi, akan sangat berbeda, kalau doa Rosario dipandang sebagai luapan kasih yang tanpa kenal lelah kepada orang yang sangat dikasihi; di sini ungkapan-ungkapan bisa tetap serupa tetapi isinya selalu baru karena perasaan-perasaan yang meliputinya.

Satu hal yang sangat jelas: meski Salam Maria yang diulang-ulang itu dialamatkan langsung kepada Maria, Yesuslah yang akhirnya menjadi sasaran kegiatan kasih itu; bersama Maria dan lewat dia kegiatan kasih itu ditujukan kepada Yesus. Pengulangan itu ditopang oleh keinginan untuk semakin menyerupai Kristus, 'program' yang tepat untuk hidup Kristiani.

Sumber: Surat Apostolik Paus Yohanes Paulus II, Rosarium Virginis Mariae, 2002, No. 26
RUAH

Makna Doa Rosario

Doa Rosario adalah 'ringkasan Injil', karena di dalamnya dirangkai direnungkan sejarah keselamatan yang dipaparkan dalam Injil; mulai kisah-kisah sekitar inkarnasi sampai dengan kebangkitan dan kenaikan Tuhan. Dengan ditambahkannya satu rangkaian peristiwa baru, yakni peristiwa terang, doa Rosario menjadi ringkasan Injil yang lebih utuh. Kini renungan Rosario mencakup: peristiwa-peristiwa sekitar inkarnasi dan masa kecil Yesus (peristiwa-peristiwa gembira), peristiwa-peristiwa amat penting dalam pelayanan Yesus di hadapan umum (peristiwa-peristiwa terang), peristiwa-peristiwa sekitar sengsara-Nya (peristiwa-peristiwa sedih), dan kenangan akan kebangkitan-Nya (peristiwa-peristiwa mulia). RPM No 19


"Jangan lagi melukai hati Tuhan, Allah kita, karena Dia begitu banyak dilukai" ~ Pesan Bunda Maria di Fatima 13 Oktober 1917