Pages

Selasa, 31 Januari 2012

Mari Kita Menyambut Sang Cahaya Abadi

Oleh: St. Sophronius, Uskup Yerusalem (+639)

Marilah kita semua bergegas menyongsong Dia, kita yang menghormati dan menyembah misteri Tuhan dengan penuh bakti. Marilah kita semua menyongsong Dia dengan hati terbuka. Jangan ada orang yang tidak ikut dalam perayaan ini, jangan ada orang yang tidak mau membawa terang.

Kita tambahkan di sini cahaya lilin menyala. Dengan demikian, kita menunjukkan sinar ilahi dari Dia yang datang untuk memberikan cahaya kepada segala; karena berlimpahnya terang abadi, maka segala sesuatu bermandikan cahaya, ketika bayangan jahat sudah disingkirkan. Dengan demikian, kita menunjukkan cahaya jiwa, yang harus kita bawa menyongsong Kristus.

Perawan suci murni, Bunda Allah, di tangannya menantang Terang Sejati dan datang menolong mereka yang terbaring dalam kegelapan. Demikian juga kita harus bergegas menyongsong Dia yang Terang Sejati, diterangi sinar cahaya-Nya, dan di tangan membawa terang, yang bersinar bagi segala manusia. Terang sejati, yang menerangi setiap orang yang datang ke dunia sudah datang.

Para saudara, hendaklah kita semua jadi terangi, kita semua diliputi dengan terang. Janganlah ada orang mengasingkan diri dari cahaya ini. Janganlah ada yang sudah dipenuhi olehnya, tetapi tinggal dalam kegelapan. Namun, hendaklah kita semua tampil ke luar bercahaya terang. Marilah kita bersama-sama bercahaya terang untuk bersama dengan Simeon tua menyambut terang yang bersinar selalu: Bersukacita bersama dia di dalam jiwa.

(Sumber: Bacaan Ofisi Para Kudus 1, Yogyakarta: Kanisius, 1982, hlm 61-63; RUAH 2012-1 hlm 125)

Kamis, 08 Desember 2011

Cermin Wajah Allah

Kamis, 08 Desember 2011
Hari Raya SP Maria Dikandung Tanpa Dosa

CERMIN WAJAH ALLAH

"Sial sekali... Aku lupa membawa cermin hari ini!" itulah kekesalan Theresia, seorang mahasiswa sebuah universitas negeri di ibukota, Jakarta. Salah satu kebiasaannya sebagai wanita muda adalah ia selalu membawa cermin dalam tasnya. Cermin itu selalu dibawa ke mana-mana. Dengan cermin kecil, buatan Cina yang dibeli seharga Rp 10.000,- dari pedagang asongan di perempatan lampu merah, Theresia melihat dan mengamati wajahnya yang putih bersih, tanpa setitik jerawat, ia bisa memastikan bedaknya pas, lipstiknya di bibir tipis merah delima sudah bagus atau belum. Bahkan sebelum meninggalkan rumah setiap hari, Theresia selalu memutar-mutar badan di depan cermin besar di rumahnya, sambil senyum-senyum.

Setiap orang kudus adalah bagaikan cermin untuk melihat dan mengenali sifat-sifat atau wajah-wajah Allah. Maria adalah orang yang paling suci setelah Yesus. Hari ini kita merayakan Hari Raya SP Maria dikandung tanpa noda dosa. Dalam diri Bunda Maria, gadis Nazaret, kita bisa melihat sifat-sifat atau wajah Allah. Sifat-sifat dan wajah Allah kita adalah maha pengasih, maha penyayang, maharahim, mahabesar, dan masih banyak lagi. Jika kita mengimani bahwa Maria dikandung tanpa noda dosa, hal itu berarti bahwa melalui hidup Bunda Maria, cinta Allah yang suci murni mencapai kepenuhannya. Allah adalah suci dan kudus. Allah menjaga dan melindungi Bunda Maria secara khusus. Allah membebaskan Bunda Maria dari cinta manusiawi yang penuh egoisme, cinta yang dikuasai oleh hati dan pikiran manusia belaka demi memuaskan diri sendiri. Hari ini kita belajar dari Bunda Maria, untuk menjadi cermin wajah Allah yang kudus, penuh kasih dan setia.

Ya Allah Bapa di surga, ajarlah aku supaya hari ini aku semakin mengenal kehendak-Mu atas seluruh hidupku dan melaksanakannya dengan penuh cinta kasih. Utuslah Roh-Mu yang kudus, agar aku boleh berkata: "Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; terjadilah padaku menurut perkataan-Mu." Amin.

Oase Rohani 2011, Renungan dan Catatan Harian

Senin, 05 Desember 2011

Hari Raya SP Maria Dikandung Tanpa Dosa

Inilah pesta yang indah untuk Bunda Maria, yaitu merayakan karunia Tuhan baginya, "Dikandung Tanpa Noda Dosa". Salah satu dogma --- ajaran resmi gereja yang dinyatakan secara meriah dengan kekuasaan Paus --- Gereja Katolik mengenai Bunda Maria adalah Dogma Dikandung Tanpa Dosa. Masih banyak orang Katolik yang belum paham benar mengenai dogma ini. Jika ada pertanyaan, "Apa itu Dikandung Tanpa Dosa?", dan menjawab, "Yaitu bahwa Yesus dikandung dalam rahim Santa Perawan Maria tanpa dosa, atau tanpa seorang bapa manusia." Jawaban demikian adalah salah, karena tentu saja Yesus dikandung tanpa dosa sebab Ia adalah Allah Manusia. Tetapi arti dogma yang sebenarnya adalah bahwa Bunda Maria dikandung dalam rahim ibunya, Santa Anna, tanpa dosa asal. Bunda Maria adalah satu-satunya manusia yang dianugerahi karunia ini. Bunda Maria memperoleh keistimewaan ini karena ia akan menjadi bejana yang kudus dimana Yesus, Putera Allah, akan masuk ke dunia melaluinya. Oleh karena itu, Bunda Maria sendiri harus dihindarkan dari dosa asal. Sejak dari awal mula kehadirannya, Bunda Maria senantiasa kudus dan suci serta penuh rahmat.

St. Maria dianugerahi karunia khusus ini karena dia akan menjadi Bunda Putera Allah, Yesus Kristus. Sulit kita bayangkan bahwa Bunda Penebus telah ternoda oleh dosa walaupun sedikit saja. Meskipun Yesus belum memenangkan penebusan bagi kita dengan wafat di salib, Maria dikaruniai rahmat dikandung tanpa dosa untuk mengantisipasi penebusan oleh Putera-Nya. Setiap kali kita mendaraskan "Salam Maria" kita mengulangi kata-kata Malaikat Gabriel yang menyatakan bahwa Maria bebas dari dosa dengan kata-kata: "Salam Maria, penuh rahmat. Tuhan sertamu" Bunda Maria telah dipenuhi rahmat sejak saat ia dikandung.

Meskipun kita semua dikandung dan dilahirkan dengan dosa asal, Tuhan telah mengaruniakan kepada kita rahmat Baptis, untuk menghapus dosa asal tersebut dan mengangkat kita menjadi anak-anak-Nya. Suatu rahmat yang mengagumkan dari Bapa kita yang Pengasih! Dengan rahmat Tuhan dan doa Bunda Maria, kita mau hidup bebas dari dosa dan penuh kasih kepada Tuhan dan sesama.

"O Bunda Maria, yang dikandung tanpa noda dosa, doakanlah kami yang berlindung padamu."



RUAH

Kamis, 01 Desember 2011

Santo Fransiskus Xaverius, Imam dan Pelindung karya misi

Santo Fransiskus Xaverius
Imam dan Pelindung karya misi


Fransiskus Xaverius dikaruniai otak yang cerdas, sehingga dapat belajar dengan mudah. Ia masuk Universitas Paris dan dalam usia 28 tahun berhasil menjadi mahaguru. Orangtuanya seorang bangsawan kaya. Lingkungan pergaulannya adalah kaum terpelajar dan terkemuka Paris. Oleh sebab itu karier Fransiskus gemilang. Tapi "Apa gunanya manusia mendapatkan seluruh dunia, jika kehilangan jiwanya?" Inilah pertanyaan yang diulang-ulang oleh mahasiswa sebangsanya Ignasius Loyola. Pertanyaan ini mengusik hati Fransiskus dan membuka babak baru dalam lembaran hidupnya, sehingga pada suatu saat ia menyerah dan menjadi salah satu dari ketujuh anggota Serikat Jesus pertama. Pada tahun 1534 mereka berjanji di hadapan Tuhan untuk mengabdikan hidup mereka demi pentobatan orang tak beriman dan penyelamatan jiwa.

Tahun 1541 Fransiskus bersama dua rekan Portugis diutus ke Goa, India. Di tempat baru ini ia segera memulai karya misi dan bergerak menyusuri India Selatan dan Sri Langka. Puluhan ribu orang bertobat menjadi orang Kristen yang baik. Buah karyanya mengagumkan. Penderitaan orang pribumi yang ditimbulkan oleh tingkah penguasa sebangsa maupun penjajah "selalu menggores pedih di hatiku", kata Fransiskus pada suatu saat.


September 1545 di akhir bulan: Penduduk Malaka berbondong-bondong ke pantai menyambut 'Padre yang suci' dengan meriah dan gembira. Perbuatan-perbuatan baik dan ajaib yang dilakukannya di India sudah tersebar di Malaka. Fransiskus, nama Padre termasyur itu, sebenarnya singgah di Malaka hanya dengan maksud mencari kapal yang dapat membawanya ke Makasar. Sebab, di India ia mendengar (1545) dari tiga pemuda Makasar, bahwa daerah ini dapat ditobatkan. Rakyat akan memeluk
agama Katolik asal seorang imam diutus ke sana.

Selama tiga bulan di Malaka, Fransiskus memanfaatkan waktunya untuk menyegarkan akhlak dan kehidupan perkawinan penduduk Malaka, yang sangat merosot oleh karena kekayaan yang berlimpah-ruah. Fransiskus menjadi sahabat kaum Portugis dan rakyat Melayu. Mereka menghormatinya sebagai orang saleh. Ia berkhotbah dan rajin mengajar orang-orang yang sudah lama tidak mendapatkan pemeliharaan jiwa yang baik. Guna menunjang karya misinya, ia belajar bahasa Melayu dan menterjemahkan doa-doa penting dengan menambah sedikit keterangan.


Hari pertama tahun 1546: Fransiskus berlayar dengan kapal dagang ke pulau Ambon. Ia mencatat: "Para pelaut meminta seluruh waktuku dari pagi sampai malam: terus-menerus mendengarkan pengakuan dosa, mengunjungi orang sakit, memberikan sakramen-sakramen dan penghiburan rohani kepada mereka yang akan meninggal, dan sering pula berkhotbah. selama masa puasa saya kerjakan itu.... Pulau Ambon banyak penduduknya, di antaranya tujuh desa yang beragama Kristen. Begitu tiba,

saya mengunjungi desa-desa itu dan memberikan Sakramen Permandian kepada anak-anak yang belum menerimanya. Kira-kira 390 mil dari situ terdapat suatu negeri, Pantai Moro namanya. Konon, di sana banyak orang Kristen yang sama sekali belum mendapatkan pelajaran agama. Saya akan pergi ke sana secepatnya. Saya menulis laporan ini supaya kamu tahu, betapa kamu dibutuhkan di sini. Memang saya sadar, bahwa kamu diperlukan di India juga, tapi pulau-pulau ini sangat membutuhkan pertolongan yang lebih besar lagi..." Fransiskus mempermandikan kira-kira 1000 orang Ambon dan mempersiapkan kedatangan imam-imam baru. Lalu ia menuju Ternate (Juli 1646).

Setiap pagi Fransiskus berkhotbah kepada saudagar-saudagar Portugis, yang selurh pikirannya dijejali oleh rempah-rempah dan wanita. Malam hari ia mengumpulkan orang-orang berbahasa Melayu, melatih mereka baik-baik untuk mengerti dan menghafalkan doa-doa dan menyanyi cerita-cerita Kitab Suci. Tentang hasil jerih payahnya ia menulis: "Syukur kepada Allah! Di Ternate ini sudah menjadi kebiasaan, anak lelaki di jalan-jalan dan anak perempuan serta wanita di rumah, para buruh di perkebunan dan nelayan di laut, siang-malam menyanyikan lagu suci, bukan lagi nyanyian-nyanyian kotor. Mereka senang menyanyikan Aku Percaya, Bapa Kami, Salam Maria, Kesepuluh Perintah Allah, Perbuatan-perbuatan Belaskasih, Pengakuan Dosa Umum serta banyak lagu dan doa seperti ini. Mereka itu, baik yang baru bertobat maupun yang masih kafir, menyanyi dalam bahasa mereka sendiri.


Syukur kepada Allah, bahwa saya dengan cepat disukai, baik oleh orang Portugis di pulau ini maupun oleh orang pribumi yang beragama Kristen dan yang bukan!" Setelah Fransiskus mengatur kedatangan pengganti-penggantinya, ia kembali ke Malaka lalu menuju Jepang. Ia bekerja dua tahun di Jepang dengan hasil yang menggembirakan. Kemudian ia mengalihkan perhatiannya ke Tiongkok, sebuah negara besar yang pada waktu itu tertutup bagi orang asing. Ia didaratkan oleh sebuah kapal Portugis di pulau Sancian, di depan muara sungai Chukiang. Di sana ia menunggu jemputan perahu jung yang bersedia menyelundupkannya ke daratan Tiongkok. Tetapi ia jatuh sakit dan dalam waktu dua minggu meninggal di sebuah gubug, ditemani hanya oleh seorang Tionghoa muda yang telah menemani dia dari Goa. Fransiskus dipanggil Tuhan pada usia 46 tahun, Jenazahnya diantarkan ke Goa dan dimakamkan di sana sampai sekarang.


Fransiskus Xaverius (1506-1552) lahir di Navarra (Spanyol) dan meninggal di Sancian (Tiongkok). Ia dinyatakan sebagai pelindung Gereja di tanah misi.



Sumber: Ensiklopedi Orang Kudus

Senin, 31 Oktober 2011

Doa Syukur atas Bulan Rosario

Allah Bapa Surgawi, kami mengucap syukur kepada-Mu atas bulan-bulan yang telah kami lewati. Khususnya kami mengucap syukur kepada-Mu atas Bulan Rosario yang berakhir pada hari ini. Kami bersyukur karena kami dapat melewati bulan ini dengan berkanjang dalam doa Rosario suci, doa yang diminta oleh Bunda dan nabiah surgawi ketika ia turun dari surga.

Dengan mendaras Rosario suci ini dengan kepasrahan, kepercayaan dan ketekunan, kami merenungkan misteri-misterinya dan memperoleh dari pada-Mu anugerah besar, terlebih rahmat perubahan hati, pertobatan dan keselamatan.

Dengan mendaras Rosario suci kami berdoa bersama Bunda surgawi, Ratu Rosario suci, dan hidup dalam perlindungan Hati Maria Yang Tak Bernoda, yang membuat kami merasa aman dan damai, seperti dilakukan oleh induk ayam terhadap anak-anaknya.

Doa syukur ini kami persembahkan kepada-Mu, dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Minggu, 30 Oktober 2011

Menggapai Kekudusan

MENGGAPAI KEKUDUSAN

Kita menyaksikan bahwa ukuran kesuksesan hidup itu banyak ragamnya. Ada orang yang mengukur kesuksesan hidupnya dengan capaian di luar dan kasat mata. Ada orang yang begitu saja menyamakan sukses dalam bisnis adalah sukses hidup. Misalnya: usaha maju perusahaan di mana-mana, harta semakin menumpuk sepuluh turunan tidak habis dan sebagainya. Dia memang kaya raya tetapi hidupnya bisa saja tidak bahagia. Hidup di dalam keluarga tidak harmonis dan berantem terus. Dapatkah dia disebut orang yang sukses dalam hidupnya?

Lagi, kita menyaksikan ada orang yang begitu saja menyamakan bahwa kesuksesan hidup, bahwa dia berkuasa dan terkenal di mana-mana. Hadir di segala penjuru daerah dielu-elukan. Banyak orang kagum. Tetapi, suatu saat dia meninggal dunia akibat over dosis penggunaan narkoba. Benarkah dia dapat dikatakan hidupnya sukses? Masih banyak lain contoh yang dapat diangkat untuk menelisik aneka ragam orang memaknai hidupnya.

Tujuan Hidup


Dalam kacamata iman, kita sulit mengatakan bahwa hidup mereka sukses. Ukuran dunia bisa jadi sebagai orang sukses dalam bidangnya. Tetapi, bidang tersebut selalu hanya sebagai salah satu aspek hidup; bagian kecil dari hidupnya. Hidup mereka secara integral sebagai manusia bisa dikatakan gagal. Gagal di dalam memaknai hidupnya. Gagal di dalam menetapkan dan mencapai tujuan hidupnya. Bahkan mungkin mereka gagal juga mencapai kebahagiaan hidupnya.

Allah dalam diri Yesus mengajarkan bahwa tujuan hidup manusia adalah Allah sendiri. Manusia dipanggil bersatu dengan Allahnya. Bila hal ini tercapai, maka hidup manusia akan menjadi sukses dan bermakna. Karena di sana orang akan menemukan kesejatian hidupnya. Orang yang hidup dalam kesejatiannya, otomatis menjadi orang-orang yang bahagia. Orang-orang dunia mungkin menilai aneh dan lain, tetapi mereka sungguh-sungguh tahu esensi dan ekstitensi hidupnya.

Siapa mereka itu? Jawabannya sangat jelas. Mereka itu adalah orang-orang kudus. Orang-orang kudus tersebut meninggal di usia berbeda-beda, tetapi mereka mencapai kekudusan itu. Ada bermacam-macam orang-orang kudus: ada yang sebagai raja, pelayan, perawan, orang muda, petani, ibu rumah tangga, imam, Uskup, biarawan-biarawati, dan sebagainya. Mereka memang masing-masing memiliki perbedaan sifat dan karakternya sesuai dengan keunikannya. Anugerah Tuhan sungguh berkembang dalam hidupnya.

Mereka adalah manusia seperti kita. Mereka juga pernah dan tentu masih banyak yang hidup di atas bumi ini, entah itu yang wafat dan dibeatifikasi atau dikanonisasi maupun tidak terkenal dan tidak mengalami proses itu semua. Kita yakin bahwa orang-orang kudus dari masa ke masa selalu ada. Kita diundang dan dikehendaki Allah untuk hidup kudus seperti mereka, tentu dalam konteks hidup kita masing-masing. Mereka menjadi kudus karena mereka berusaha dan terus berusaha untuk hidup kudus seperti Allah adalah kudus dan bahkan Mahakudus. Itu sebuah kesadaran dan pilihan hidup mereka. Mereka mencoba selalu mengoreksi yang salah dan dosanya dengan tidak pernah putus asa, tidak pernah menyerah untuk memercayai kasih dan kerahiman Allah pada diri mereka.

Teladan

Membaca riwayat orang kudus, kita selalu kagum dan geleng-geleng kepala. Mereka dapat menjadi teladan. Mereka dapat menjadi cermin bagi hidup kita. Terutama mereka menjadi teladan di dalam mengikuti jejak Kristus. Bagaimanapun juga kita membutuhkan banyak teladan dan mereka yang telah mencapai kekudusan dari para kudus. Terkadang ada tuduhan bahwa meniru itu negatif dan tidak kreatif. Tetapi, meniru orang kudus adalah suatu kreativitas sendiri. Karena hidup mereka rata-rata keras dan tegas dalam menjalani sabda Tuhan yang mewujud dalam iman, harapan, dan kasih. Mereka sabar, murah hati, tekun, rendah hati dan sebagainya. Mereka adalah bukti otentik dan nyata bahwa Kitab Suci pada ajaran Gereja Katolik yang telah mereka hayati telah mengantar pada kekudusan. Hidup mereka merupakan suatu 'kepastian' di mana kita tak perlu ragu untuk mengikuti Kristus dalam Gereja Katolik demi satu hal: menggapai kekudusan.

Oleh karena itu, pada hari raya Semua Orang Kudus ini kita patut bersyukur kepada Tuhan. Kita diberi cermin, teladan, dan sabda Allah yang sungguh hidup dalam diri orang-orang kudus. Artinya, sabda Allah mengungkapkan kebenarannya. Mereka itu adalah Sabda Allah yang hidup dan berjalan secara nyata. Bukankah ini suatu ajaran dan pengajaran yang paling efektif bagi kita? Semoga kita mampu menggapai kekudusan seperti mereka.

(Andreas Yudhi Wiyadi, O.Carm/RUAH)

Minggu, 23 Oktober 2011

Maria, Bintang Evangelisasi



Inilah keinginan yang dengan suka hati kami serahkan ke tangan dan Hati Bunda Perawan Maria Tak Bernoda. Pada hari ini yang secara khusus dipersembahkan kepadanya dan juga merupakan sepuluh tahun penutupan Konsili Vatikan II. Pada pagi Pentakosta Maria dengan doanya menyaksikan mulainya evangelisasi yang didorong oleh Roh Kudus. Semoga Maria menjadi Bintang Evangelisasi, yang selalu diperbarui, yang harus dimajukan oleh Gereja dan dilaksanakan olehnya, karena taat pada perintah Tuhan, lebih-lebih pada masa sekarang ini yang sulit tapi penuh harapan.

(Paus Paulus VI, Imbauan Apostolik Evangelii Nuntiandi, 8 Desember 1975, No.82)