Pages

Minggu, 16 Oktober 2011

Santo Lukas, Penginjil

Santo Lukas, Penginjil

Pengantar

Kita perlu mengenal Santo Lukas karena beberapa alasan. Pertama, dia itu salah satu pengarang Injil (Sinoptik) yang memberitakan Peristiwa Yesus Kristus kepada kita. Kedua, Santo Lukas adalah penulis Kisah Para Rasul yang memberitakan tentang kehidupan Gereja Katolik awal. Dia mengetahui suka duka kehidupan umat Kristiani pada awal pertumbuhannya. Ketiga, Santo Lukas itu pengarang Injil yang menyajikan Yesus Kristus secara berbeda. Kita perlu memahami kekhasan tulisannya sehingga bisa membaca dan memahaminya secara tepat.

Tulisan pendek dan sederhana ini hanya akan menyajikan identitas Santo Lukas, kekhasan Injilnya dan bagaimana membacanya.

Riwayat

Ada beberapa catatan tentang identitas penulis Injil ketiga ini. Santo Lukas bukan orang Yahudi (Kol 4:14). Dia memahami bahasa Yunani dan Aram. Sebagai seorang dokter (Kol 4:14) Lukas mempunyai latar belakang pendidikan berbeda dari dua penulis Injil Sinoptik lain. Santo Paulus menyebutnya teman setia (2Tim 4:7-11). "Ia seorang Kristen, generasi kedua, yang mahir dalam Alkitab Perjanjian Lama dan mempunyai minat besar terhadap tradisi Kristen dari masa yang lampau" (Groenen: Pengantar ke dalam Perjanjian Baru, Kanisius, 1984, hlm. 125). Lukas mengenal kehidupan jemaat Kristen yang sudah mulai tumbuh dan berkembang di antara orang-orang non-Yahudi.

Kekhasan Injil Lukas

Santo Lukas menulis Injil untuk umat Kristen bukan Yahudi, yakni mereka yang berkebudayaan Yunani dan mengalami tekanan dari lingkungan sosial yang kurang simpatik terhadap orang Kristen. Mereka menantikan Yesus yang dirasakan tidak kunjung tiba. Lukas meyakinkan mereka supaya tetap setia kepada Yesus dan takut akan Allah.

Injilnya disusun berdasarkan tradisi tertulis yang sudah tersedia waktu itu dan dimaksudkan untuk meneguhkan iman para pembacanya. Katanya, "....aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu, supaya engkau dapat mengetahuinya bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar" (Luk 1:4)

Tampaknya Lukas menyusun Injil "sejarah" Yesus secara teratur. Dimulai dari kehidupan Yesus (Injil) dan permulaan umat Kristen (Kisah Para Rasul). Dia sering menyebut tokoh-tokoh sejarah. Misalnya: Herodes, raja Yudea (Luk 1:5) dan Kaisar Agustus (Luk 2:1). Yesus ditempatkan dalam kerangka sejarah dan menyangkut sejarah umat manusia. Namun, Lukas tidak bermaksud menulis buku sejarah (bdk. Luk 1:4).

Kita bisa melihat susunan Injilnya yang sangat teratur. Pertama, pendahuluan (Luk 3:1-4:13). Kedua, karya Yesus di Galilea (Luk 4:14-9:50). Ketiga, kisah perjalanan Yesus (Luk 9:51-19:27). Akhirnya, bagian terakhir (Luk 22:1-24:53) yang dirangkai dengan bagian-bagian lain. Tampaknya bab 1 dan 2 ditulis setelah seluruh injilnya selesai ditulis.

Santo Lukas menampilkan Yesus sebagai Tuhan yang mengunjungi umat-Nya (Luk 2:8-14; 17:22). Tuhan yang melawat umat-Nya datang dengan kasih-Nya. Belas kasih Allah terhadap manusia ini begitu menonjol dalam tulisan-tulisan Lukas (Luk 7:37 dst; 15:1; 18:9; 19:1, dst). Allah yang berbelaskasih kepada manusia sungguh menonjol dalam Injil ketiga ini.

Bagaimana membaca Injil Lukas

Sebagai orang Katolik mungkin kita mengalami nasib serupa dengan pengalaman jemaat pembaca Injil Lukas waktu itu. Kehidupan sehari-hari kita yang sulit dan penuh tekanan kadang membuat Yesus terasa jauh. Kita juga mengalami tekanan dan penindasan dari orang-orang yang tidak senang terhadap pengikut Yesus.

Injil Lukas ingin meneguhkan kita. Di samping itu, Injil ini menampilkan Yesus yang menjadi teladan bagi kita. Bukankah Dia setia kepada Allah dalam segala situasi? Dia membalas kejahatan, penganiayaan, dan kejahatan dengan kasih, pengampunan, dan sikap lemah lembut. Sikap inilah yang seharusnya menjiwai kita dalam membaca Injil ketiga ini.

Di samping itu, kita mesti membaca Injil Lukas dengan melibatkan seluruh pengalaman suka-duka hidup kita seraya meneladan Yesus yang penuh belas kasihan dan taat kepada kehendak Allah, Bapa-Nya . Membaca Injil ini dengan penuh iman sambil menantikan Yesus yang akan datang kembali memang menguji sekaligus meneguhkan iman kita.

Penutup

Membaca Injil tidak seperti membaca berita. Diperlukan sikap hati yang siap mendengarkan Sabda Tuhan. Melibatkan pengalaman hidup sehari-hari dalam mendengarkan Injil membantu kita memahami pesan-pesan Tuhan yang relevan dan berhubungan dalam kehidupan kita.

Sidang pembaca Injil Lukas adalah orang-orang Kristen berkebudayaan Yunani yang menghadapi tekanan dan sikap tidak simpatik. Mereka juga sedang menanti-nantikan kedatangan Tuhan dalam keraguan. Injil Lukas meneguhkan iman mereka.

Apakah kita juga sering mengalami hal serupa? Kalau demikian, Injil Lukas bisa meneguhkan iman dan membimbing perjalanan hidup kita. Mengapa tidak membacanya dan menimba kekuatan dari dalamnya?


RUAH